Mensyukuri Nikamat Allah Ta'ala
Seorang Muslim hendaknya melihat segala sesuatu yang telah diberikan Allah kepadanya dengan tiada terhingga, yakni berupa kenikmatan yang tidak terhitung, mendapat lindungan dari-Nya ketika berada di dalam Rahim Ibu, menentukan perjalanan hidupnya hingga hari bertemu dengan Rabbnya Ta’ala.
Hendaknya ia bersyukur kepada Allah atas nikmat itu dengan lisannya, memujiNya dengan pujian yang layak baginya. Bersyukur dengan anggota badannya dengan menggunakan anggota badannya di dalam ketaatan kepada Allah.
Termasuk mengingkari nikmat yaitu tidak mengakui kelebihan yang diberikan Allah Ta’ala. Pengingkaran ini bukanlah termasuk adab kepada Allah. Allah berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada padamu maka dari Allah-lah datang-nya.” (QS. An-Nahl : 53)
Juga FirmanNya,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
“dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan sanggup menghitungnya.” (QS. An-Nahl : 18)
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kalian kepadaKu niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kalian mengingkari (nikmat) Ku.” (QS. Al-Baqarah : 152).
Referensi:
Minhajul Muslim karya Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri.
Leave a Comment