Hukum Jual Beli Menurut Syariat Islam



Pengertian Jual beli

Jual beli menurut Bahasa adalah mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. Sedangkan menurut syariat adalah transaksi tukar menukar harta dengan harta untuk tujuan memiliki dengan melakukan sesuatu yang menunjukkan hal tersebut berupa ucapan  dan perbuatan. (Taisirul allam syarhu ‘Umdatl ahkam, 2/125)

Dalil disyariatkannya jual beli

Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman:
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
“… Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al-Baqarah: 275)
Rasulullah –shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda:

 الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Kedua orang penjual dan pembeli (masing-masing memiliki hak) pilihan (khiyar) selama belum berpisah. Apabila keduanya berlaku jujur dan terus terang, niscaya keduanya akan mendapatkan keberkahan di dalam transaksi jual beli tersebut. Dan apabila mereka berdua saling menutup-nutupi dan berdusta, niscaya akan hilang keberkahan dalam transaksi jual beli mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Para Ulama telah mensepakati akan pensyariatannya jual beli. Dan adapun qiyas bahwasannya kebutuhan manusia menuntut adanya jual beli. Karena seseorang sangat membutuhkan sesuatu yang dimiliki oleh orang lain, baik itu berupa uang atau barang. Dan tidak mungkin dapat memperolehnya kecuali dengan cara tukar menukar. Dengan demikian, di dalam (pensyariatan jual beli) terdapat hikmah (bagi manusia) untuk mencapai tujuan yang diharapkan. (Mulakhash al-Fiqh, 322)

 Cara Transaksi Jual beli

Transaksi jual beli agar terjadinya ijab dan qabul antara penjual dan pembeli dapat dilakukan dengan perkataan dan perbuatan. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahwasanya transaksi (jual beli) dapat terjadi dengan segala bentuk ucapan dan perbuatan yang dianggap manusia sebagai bentuk jual beli. . (Taisirul allam syarhu ‘Umdatl ahkam, 2/126)

Wallahu a’lam

Akhukum fillah:
Aa Fahru Zaman

No comments

Powered by Blogger.